Apakah sertifikasi kursus daring memiliki kredibilitas dalam persaingan kerja?
Semakin meningkat pesat perkembangan teknologi zaman sekarang, kita melihat maraknya media pembelajaran atau berbagai kursus dan penyediaan sertifikasi kualifikasi kemampuan berbasis daring, terlebih dari harga yang ditawarkan dirasa lebih murah daripada yang tatap muka. Hal ini pastinya lebih menarik minat bagi kalangan yang tidak terlalu memiliki waktu namun memerlukan sertifikat kompetensi, maka bagi mereka kursus daring merupakan solusi praktis.
Adakah regulasi yang mengatur standarisasi hal tersebut?
Terdapat ketentuan yang tertuang dalam petunjuk teknis dari Kemdikbudristek pada tahun 2018. Namun petunjuk teknis tersebut bukan ketentuan hukum yang kuat atau soft regulation. Sehingga, belum mampu untuk mengatur kualitas penyedia layanan kursus daring.
Lalu apa indikator penilaian kualitas penyedia layanan kursus daring? Diambil dari theconversation.com
- Adanya kompetensi pengajar dari sertifikat, lulusan, dan pengalaman
- Kemampuan mengajar dari pengajar yang diakui secara resmi atau sertifikat
- Feedback atau follow up siswa atau konsumen sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran daring
- Materi pelajaran yang terus dikembangkan mengikuti perkembangan zaman
- Metode belajar yang interaktif (dua arah) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan siswa agar siswa tidak merasa belajar sendiri atau jenuh
Apakah siswa lulusan kursus daring diakui kompetensinya oleh perusahaan?
Penelitian tahun 2005 dari Florida State University menujukkan 96% dari 258 perusahaan lebih memilih kandidat dengan gelar pendidikan tradisional karena rata-rata memiliki kemampuan interaksi, reputasi, keterampilan, dan pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan lulusan kuliah secara daring. Namun hal ini dalam tanda kutip adalah lulusan yang non-pengalaman, berbeda dengan karyawan perusahaan yang sudah berpengalaman dan menambah keilmuannya melalui kursus daring.
Kemudian, ada penelitian tahun 2020 dari Vanderbilt University yang melakukan survey sekitar 1.000 rekruter di suatu situs pencari kerja freelance. Ditemukan bahwa rekruter secara konsisten menganggap kualifikasi pendidikan tinggi formal di AS seperti sarjana, diploma, bahkan Community College lebih unggul dari sertifikasi kursus daring.
Maka dari itu, hal yang dikhawatirkan dari kursus daring adalah tanpa adanya regulasi yang kuat untuk mengatur hal tersebut, kursus daring hanya akan menjadi pabrik sertifikat dan bahan flexing di media sosial tanpa ada manfaat keilmuan yang berarti bagi lulusannya. Sehingga saya katakan bahwa sekolah, pelatihan, atau kursus secara daring mungkin belum bisa dikatakan memiliki kredibilitas yang bermakna sehingga dapat digunakan dalam persaingan dunia kerja. Tentunya tergantung pada indikator yang disebutkan di atas, namun jika dibandingkan dengan pendidikan secara tradisional tentunya pendidikan tradisional lebih diutamakan.